Banyak pejabat negara di seluruh dunia Islam yang memanfaatkan Ramadhan
untuk melakukan safari. Namun, tidak banyak yang langsung menuai
kecintaan rakyat dan kedekatan bersama mereka. Presiden Mursi adalah
salah satu diantara sedikit pemimpin langka yang berhasil meraih
kecintaan rakyatnya.
Hal itu terlihat pada hari pertama puasa di Mesir, jum'at (20/7) lalu.
Seorang mahasiswa pasca sarjana di American Open University mengamati
langsung betapa rakyat Mesir di Masjid Fath Kota Zagazig sangat
mencintai Mursi.
Mengetahui presiden akan datang dan menunaikan shalat Jumat di masjid
kebanggaan mereka, orang-orang Zagazig sejak jam 9 pagi mulai
berbondong-bondong menuju masjid megah itu. Mereka ingin menunaikan
shalat Jumat sekaligus ingin melihat secara langsung sosok presiden yang
lahir di desa Al Idwah, Zagazig itu.
Akhirnya pemimpin yang ditunggu-tunggu jamaah itu pun datang. Presiden
Mursi tiba bersama Ketua Majelis Syura (MPR) Ahmad Fathi yang juga
berasal dari Zagazig. Para jamaah pun berdiri ingin melihat langsung
sosok pemimpin mereka yang baru. Sedangkan para paswalpres mengamankan
presiden dengan berdiri membentuk pagar.
Sampai di dalam masjid, Mursi tidak langsung duduk. Presiden dari
Ikhwanul Muslimin itu melaksanakan shalat sunat tahiyyatul masjid dulu.
Kesederhanaan dan kedekatan Mursi membuat sejumlah jamaah mengungkapkan
kecintaannya. Adi Sucipto, mahasiswa pasca sarjana di American Open
University yang mengamati mereka, mengungkapkan hal itu.
“Ahsanun nas,” (manusia terbaik), ujar seorang warga yang duduk di samping mahasiswa itu.
Ada pula yang berteriak, “kullu sanah wa anta thoyyib ya Rais” (kebaikan selalu menyertaimu duhai Presiden).
“Berpuluh-puluh tahun saya shalat di masjid ini, baru kali ini diziarahi
presiden dan ia shalat bersama kita,” ungkapan dari seorang jama’ah di
sampingnya bertutur. “Hadza min fadhli Rabbi (inilah rizki dari Allah),”
tambahnya.
Bahkan ada seorang bapak membawa dua orang anak laki-lakinya yang masih
kecil, berkata kepada anaknya, “Itu nak presdien kita, Mursi, agar
kalian tahu.” Gema takbir pun berkumandang dari setiap sudut Masjid
Fath.
Seusai shalat, Mursi langsung berdiri, menyalami rekan-rekannya dan juga kepada para ulama-ulama.
Ada kejadian menarik setelah itu. Ketika panwalpres mempersilahkan Mursi
untuk segera meninggalkan ruang masjid, ia menolak dan minta diberikan
microphone agar bisa berbicara langsung sambil mendekati jamaah.
“Segala puji bagi Allah, kita dipertemukan Allah pada bulan Ramadhan
kali ini dan saya berpesan kepada semuanya, banyak-banyaklah membaca
al-Qur’an dan amalkan isi al-Qur’an.”
Mendengar kalimat singkat itu, semua jamaah bertakbir . “Allahu Akbar.” Suara gemuruh takbir menggema hingga ke luar masjid.
Mursi keluar masjid dan langsung menuju mobil kepresidenan. Para jamaah
melepas Mursi dengan perasaan bahagia tergambar di wajah-wajah mereka.
Keadaan itu nampak jauh berbeda dengan kunjungan presiden sekitar 5
tahun sebelumnya. Saat itu, presiden Husni Mubarak berkunjung ke
Zagazig. Sehari sebelum Mubarak tiba, polisi sudah berjaga–jaga di semua
tempat.
Mereka berdiri di atas apartemen dengan persenjataan yang lengkap. Pada
saat Mubarak akan tiba di lapangan stadiun dengan kendaraan helikopter,
seluruh jendela rumah di sekitarnya ditutup dan tidak boleh melihat
apalagi membuka pintu dan jendela.
Saat Mursi datang, warga hanya sebatas diperiksa menjelang masuk masjid
oleh polisi demi alasan keamanan. Kebijakan Mursi menghapus sejumlah
protokoler yang berlebihan ternyata mampu membangun kedekatan dengan
rakyat dan menambah poin kecintaan mereka kepada pemimpin itu.
Copas dari : http://zilzaal.blogspot.com/2012/07/ramadhan-jadi-bukti-cinta-rakyat-mesir.html
0 komentar :
Posting Komentar